Rabu, 24 Juni 2015

Sahabat dan Perasaan

Namaku Dilla aku kuliah di Universitas Swasta di Daerah Depok, aku sekarang tingkat 3 aku mempunyai banyak teman baik cowok maupun cewek bagiku mereka semuanya teman, aku juga punya teman yang sudah aku anggap sebagai SAHABAT aku sendiri yang paling bisa ngerti perasaan aku meskipun dia usil.
“eh kamu Mel, mengagetkan aku aja” ucap Dilla sambil tersenyum.
“Kamu sih Dill pagi-pagi udah melamun gak bagus loh” ujar Mela.
Mela heran dengan Dilla gak biasanya dia kayak gini dari kemarin-kemarin dia sering melamun. “Dilla malaikatku sahabatku kamu ada masalah ya? masalah apa kok kamu gak pernah cerita sama aku sih?” ujar Mela dengan muka sedih
“Aku tidak apa-apa kok Mel” sambil tersenyum terpaksa.
“Ya udah deh kalau kamu gak apa-apa, kalau ada masalah kamu cerita ya sama aku Dil siapa tau aku bisa bantu kamu”, ujar Mela sambil mengelus rambut Dilla.

Keesokan harinya, Dilla dan Mela sedang berjalan sambil beradu canda tawa. Seketika mereka berdua melihat seorang cowok di kantin, Dilla dan Mela termenung melihat lelaki tampan itu.. “Mel kamu kenal tidak sama lelaki yang duduk di kantin sana, dia tampan kan Mel ?”.
“Iya Dil”, ujar Mela sambil menatap lelaki itu.

Beberapa minggu kemudian Mela tidak kuliah dikarenakan dia sakit, Dilla pun sendiri kesepian duduk diteras kelas. Tiba-tiba sebuah bola basket terlempar ke arah dia. Radit pun langsung menghampiri Dilla dan langsung meminta maaf kepadanya, Radit itu lelaki yang mereka sebut tampan yang berapa minggu kemarin mereka jumpai di kantin. “Sorry… Sorry ya aku tidak sengaja” ucap Radit.
“Oh iya tidak apa-apa kok”, ucap Dilla sambil tersipu malu..
“Oh iya nama aku Radit, nama kamu siapa?” ucap Radit sambil merasa bersalah.
“Nama aku Dilla.
“Kamu tingkat berapa?” ucap Radit.
“Aku tingkat 3, kamu tingkat berapa?”
“aku tingkat 4, aku minta maaf ya Dil”.
“Iya iya.. ga apa-apa ko” ucap Dilla sambil tertawa malu.

Malam harinya Dilla pun bercerita kepada Mela tentang lelaki yang mereka lihat di kantin itu. Mela pun sangat senang melihat Dilla.

Beberapa bulan kemudian Radit mengajak Dilla untuk menonton bioskop, dan di hari itu juga Radit menyatakan perasaannya kepada Dilla, tetapi Dilla menolaknya, meskipun dia menyimpan rasa kepada Radit.

Keesokan harinya Dilla bercerita kepada Mela tentang Radit yang menyatakan perasaannya. Mela pun kaget dan ternyata Mega juga mepunyai perasaan kepada Radit3, tetapi Radit dan Dila tidak tahu. Tiba-tiba Radit datang menghampiri Dilla dan mengajak Dilla makan di kantin. Mereka pun makan di kantin bertiga. “Oh iya Radit kenalkan ini Mela sahabat aku” ucap Dilla.
“Iya hallo Mela aku Radit” ucap Radit.

Beberapa minggu kemudian Mela dan Radit jadian tanpa sepengetahuan Dilla, mereka diam-diam pacaran supaya Dilla tidak tahu. Ketika Dilla di cafe bersama kakaknya yang bernama Nisa, Dilla melihat Mela dan Radit berada di cafe itu dengan bercanda.

Malam harinya Dilla menelpon Mela, tetapi tidak diangkat. Esok hari Dilla menjumpai Mela bersama Radit duduk di lapangan basket. Dilla bingung, ‘kenapa mereka seakrab itu ya?’ sambil bertanya didalam hati.

Di waktu di dalam kelas Mela pun menghampiri Dilla yang sedang duduk sambil memakai handset… “hai Dilla kok sendiri disini?” ucap Mela sambil memeluk Dilla dari belakang.
“Tidak apa-apa Mel” ucap Angel.

Beberapa minggu Dilla sering melihat Mela dan Radit duduk di lapangan basket. Dila pun sangat heran tetapi Dilla menanggapinya biasa saja. Ternyata diam-diam Dilla tau dari temannya Radit bahwa mereka ada hubungan spesial, Dilla kaget dengarnya gak nyangka teman yang dia anggap sebagai sahabat “nusuk dia dari belakang” mulai sejak dari itu Dilla berubah dan tidak akrab lagi layaknya seorang sahabat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar